"Duduk al.." ucap bella seramah mungkin setelah mempersilahkan alva masuk. Dilema. Serba salah bagaimana harus bersikap. Ingin memasang ekspresi jutek karna notabene dia sedang emosi pada qilla. Emosi karna cowok di depan matanya itu telah mencium, lebih tepatnya mengecup kening sahabatnya. Tp hatinya tak berdaya. Cowok itu punya sejuta pesona yang membuatnya hanya mampu berbunga bunga.
"Rumah lu seger ya.." puji alva.
"Rumah qilla lebih seger lagi." bella tersenyum penuh semangat. Lalu terdiam. Heran. Tak menyangka dirinya akan menyanjung qilla dalam masa masa marahnya.
"Kalian ribut gara gara gue?"
"Hah? Emmm.." tak tau apa yang harus dikatakan. Dan tak mau perasaannya ketahuan. Bella menunduk. Diam.
"Gue gak ada hubungan apa apa sama aqilla. Kalo ternyata lu liat tragedi cium, mm.. kecup maksud gue. Kecupan di kening itu biasanya gue kasih buat orang yang gue anggep adik."
Bella masih diam. Memendam sejuta kelegaan dalam hatinya. Bersumpah akan berjingkrak jingkrak diatas ranjangnya saat alva pergi nanti.
"Rugi banget sih kalo persahabatan kalian hancur gara gara gue" lanjut alva "Gue tau tampang gue emang jauh diatas rata rata, tapi kayaknya aqilla gak minat sama sekali sama gue. Jadi gue tetep single dan available kok buat cewek secantik elo.."
Bella berkali kali mengambil nafas panjang untuk meredam gejolak dalam hatinya. Tapi senyum di bibirnya pada akhirnya tak dapat dibendung lagi.
"Malem minggu ada waktu?" tanya alva.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar