Kamis, 10 November 2011

Malem minggu ada waktu?

"Duduk al.." ucap bella seramah mungkin setelah mempersilahkan alva masuk. Dilema. Serba salah bagaimana harus bersikap. Ingin memasang ekspresi jutek karna notabene dia sedang emosi pada qilla. Emosi karna cowok di depan matanya itu telah mencium, lebih tepatnya mengecup kening sahabatnya. Tp hatinya tak berdaya. Cowok itu punya sejuta pesona yang membuatnya hanya mampu berbunga bunga.

"Rumah lu seger ya.." puji alva.

"Rumah qilla lebih seger lagi." bella tersenyum penuh semangat. Lalu terdiam. Heran. Tak menyangka dirinya akan menyanjung qilla dalam masa masa marahnya.

"Kalian ribut gara gara gue?"

"Hah? Emmm.." tak tau apa yang harus dikatakan. Dan tak mau perasaannya ketahuan. Bella menunduk. Diam.

"Gue gak ada hubungan apa apa sama aqilla. Kalo ternyata lu liat tragedi cium, mm.. kecup maksud gue. Kecupan di kening itu biasanya gue kasih buat orang yang gue anggep adik."

Bella masih diam. Memendam sejuta kelegaan dalam hatinya. Bersumpah akan berjingkrak jingkrak diatas ranjangnya saat alva pergi nanti.

"Rugi banget sih kalo persahabatan kalian hancur gara gara gue" lanjut alva "Gue tau tampang gue emang jauh diatas rata rata, tapi kayaknya aqilla gak minat sama sekali sama gue. Jadi gue tetep single dan available kok buat cewek secantik elo.."

Bella berkali kali mengambil nafas panjang untuk meredam gejolak dalam hatinya. Tapi senyum di bibirnya pada akhirnya tak dapat dibendung lagi.

"Malem minggu ada waktu?" tanya alva.

Lu naksir gue?

Pintu rumah bella akhirnya terbuka setelah qilla sukses menendang kaki alva yg memencet bel enam kali berturut turut tanpa jeda. Bella muncul dari balik pintu itu. Sempat tersirat sekilas ekspresi terkejutnya saat melihat pangeran khayalannya berdiri nyata didepan matanya.

"Lu naksir gue ya?" tanya alva memandang dengan penuh senyuman yang makin membuat bella klepek klepek.

Qilla menoleh kaget. Alva masih tersenyum memandang bella yang tak mampu menahan rona merah yang muncul di sekitar pipi chubby-nya.

"Lu gue bawa kesini buat ngasih penjelasan ya. Bukan buat ngegombal." qilla sewot.

Alva menoleh "Penting ya lu ada disini?"

Qilla membuka mulutnya. Bersiap membalas, tapi tak tau apa yang harus diucapkannya. Cuma ekspresinya yang menunjukkan betapa cewek itu tak percaya kalau ada yang mampu melontarkan pernyataan konyol seperti itu padanya.

"Well..!" ucapnya pada akhirnya "Kalian urus ndiri aja deh!"

"Mau dianterin?" tanya alva saat qilla mulai melangkah pergi.

"Plis deh. Rumah gue didepan." tunjuk qilla. Rumahnya memang tepat berada di depan rumah bella. "Kalian gak rugi juga kok kalo ada yang nyulik gue. Jangan jangan malah sujud syukur." Qilla melangkah pergi. Benar benar pergi. Pulang ke rumahnya dengan sejuta kesal diiringi tatapan dua pasang mata yang terus mengawasinya sampai menghilang dibalik pintu.

Rabu, 09 November 2011

Itu ciuman biasa

Qilla tersentak dari lamunannya. Suara bantingan pintu rumah bella malam itu seolah terngiang jelas di telinganya. Bella melihat semuanya. Dan semuanya terasa kacau sekarang.

Qilla mendesah pelan menyematkan rambut panjangnya ke belakang telinga. Di lihatnya ke sekeliling restoran. Semua tampak biasa saja. Tak ada lagi yang menoleh heran kearahnya karna gebrakan meja bella tadi. Bingung. Serba salah. Ingin rasanya cewek itu bersikap cuek, gak peduli. Tapi bagaimanapun juga, bella adalah sahabatnya. Nggak mungkin mereka bermusuhan cuma gara gara cowok yang disukai bella malah mengecup kening qilla. Cowok yang bahkan sama sekali nggak menarik minat qilla untuk meliriknya.

"Gue telat?" alva yang baru datang menepuk pundak qilla dan langsung duduk mengamati daftar menu.

"Jawab yang jujur.. apa maksud lu nyium gue tadi malem?"

Cowok itu melirik tampang serius cewek didepannya sekilas, lalu kembali menekuni daftar menu "Nggak ada. Biasa aja." ucapnya dengan nada cuek.

"Bagus" qilla merampas dan meletakkan list menu yang dipegang alva ke meja dan segera menyeret tangan cowok itu. "Kalo gitu jelasin ke temen gue kalo itu ciuman biasa. Kalo perlu loe cium juga dia biar dia tau bajingan level berapa elu ini"

"Hei.." alva menahan tangan qilla "Gue belum makan"

"Terserah!" dengan sekuat tenaga, qilla berusaha menarik tangan alva.

"Oke.. oke.. gue tau gue ganteng banget. Tapi gak usah nafsu gitu dong"

"Najis!" qilla menghempaskan tangan alva dan berjalan menjauh.

"Hei..! Aqilla..!" alva mempercepat langkahnya mengejar cewek yang selalu membuatnya gelisah itu.

Jangkrik di kota

Malam ini, sesuai rencana, alva dan qilla berjalan menuju taman kota, mencari jangkrik untuk bahan tugas kelompoknya. Qilla sudah mati matian membujuk bella agar mau menemaninya. Bukan karna bella lihai dalam hal menangkap jangkrik, tapi lebih dikarenakan qilla risih berduaan dengan cowok yang selalu membuat mood-nya kabur kaburan. Kalau saja bella tidak sedang berada dalam misi suci membantu mamanya mengetik, cewek itu pasti sudah berjingkrak jingkrak kegirangan. Pergi ke taman dengan alva adalah khayalan terindahnya tahun ini.

"Plis deh, ada gitu jangkrik yang tinggal di kota?" omel qilla celingukan. Dan bukan jangkrik yg sedang dicarinya. Sesuatu. Entah apa.

"Hei, elu bukan bos. Cepet cari" suruh alva.

"Lagian ngapain sih jam sepuluh malem baru ngajak beraksi?" tetap manyun, qilla masih celingukan dengan sorot mata serius. Merasa diawasi. Entah oleh siapa, karna nyatanya tak ada orang lain yang berkeliaran di taman itu selain mereka berdua.

"Lu pikir jangkrik mau gitu nongol jam tujuh malem ngamenin brondong brondong yang lagi pacaran?"

"Bikin galau aja. Makhluk apa sih yang lagi ngawasin gue?"

Alva menoleh. "Gue juga lagi galau"

Qilla pun terpaksa menoleh. Dan sok mendesah bosan. "Sebenernya, gue gak peduli. Ini biar gak sepi aja gue nanya, galau kenapa?"

"Mikirin cara yang ampuh buat nembak elu" alva berkedip genit.

Qilla mencibir dan memutar bola matanya. Dan akhirnya berkonsentrasi mencari buruannya."Di taman kota yang boros lampu kayak gini bisa nongol vampir gak sih?" tanyanya dengan tampang serius tapi gak nyambung.

Akhirnya, setelah melewati proses pencarian selama dua jam, alva dan qilla sukses membawa dua ekor jangkrik. Keduanya memutuskan untuk kembali dan tidak menggenapi 5 ekor seperti yang diminta bu elly.

Qilla berkali kali menoleh kebelakang saat feeling bahwa ada yang sedang mengawasi gerak geriknya makin kuat. Mereka sengaja berjalan kaki karna kebetulan rumah qilla hanya berjarak beberapa meter saja dari taman itu. Alva pun tak kalah gelisah. Entah apa yang dipikirkannya.

Tepat didepan pagar rumah qilla saat alva menghentikan langkah kakinya.
"Loe gak gue ajak mampir ya, udah malem. Gak enak ma tetangga." qilla memandang motor alva yang terparkir di terasnya.

"Qil.." ragu dan tertahan, alva menatap mata qilla dalam dalam "makasih ya.."

Detik berikutnya, kecupan alva sukses mendarat di kening cewek yang langsung menunjukkan ekspresi terkejutnya.

BRAAKKK..

Selasa, 08 November 2011

Penghianat lu..!

Braakkk..!!

Bela menggebrak meja dengan segenap hatinya. Matanya menatap tajam ke arah qilla yg sontak berdiri menatap bella dengan pandangan antara kaget dan heran. Spontan saja isi sekeliling restoran mengalihkan perhatiannya pada dua siswi SMA itu.

Tangan bella mengepal gemetar. Entah karna menyesal dan malu, atau menahan marahnya.

"Duduk bell, loe malu maluin kita" suruh qilla.

"Tega lu ya qill" umpat bella dengan suara tertahan sepelan mungkin. Diturutinya juga perintah qilla untuk duduk kembali.

"Gue kudu gimana lagi biar lu percaya kalo gue gak pacaran sama alva bell?"

"Udah deh gk usah ngeles, gue liat dengan mata kepala gue ndiri kalo lu kissing sama dia tadi malem"

"Owh God, beell, plis deh, udah berapa kali gue jelasin dia yang nyium gue. Di kening, bukan di bibir."

"Dan elu gak nolak" potong bella cepat.

"Gue kan udah bilang kejadiannya cepet banget bell"

"Halaah.. penghianat lu..!" bella menyambar tasnya dan berjalan menjauh keluar dari restoran secepat mungkin.

"Bell..!!"